10 Puisi tentang Ayah dari Penyair Ternama, Penuh Makna!

10 Puisi tentang Ayah dari Penyair Ternama, Penuh Makna!


Ungkapkan rasa cinta terhadap Ayah melalui kumpulan puisi yang penuh makna dari penyair ternama berikut!


Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada ayah. Selain mengapresiasi jasanya tehadap keluarga langsung, seseorang anak bahkan isteri juga bisa mengekspresikan rasa sayangnya dengan membaca puisi tentang ayah.


Puisi sendiri adalah salah satu bentuk karya sastra sebagai media ekspresi dalam tulisan. Biasanya para penulis akan menulis puisi dengan berbagai tema, mulai dari percintaan, lingkungan, hingga pendidikan dengan makna-makna simbolis.


Terdapat banyak puisi pendek mulai dari 2 bait hingga 4 bait yang bisa kamu baca dan menyampaikan ucapan untuk berterima kasih ayah. Untuk kamu yang ingin membaca puisi tentang ayah, simak kumpulan puisi berikut!

Baca Juga: Daftar Puisi Cinta: Bikin Luluh Hati Cinta Sejati

Kumpulan Puisi tentang Ayah

anak_bermain-dengan-ayah-dan-ibu-di-rumah
Sumber Gambar: Kemenpppa


Selain untuk dinikmati sendiri, puisi tentang ayah berikut juga juga cocok untuk dibacakan anak SD untuk tugas sekolah. Berikut adalah kumpulan puisi tentang ayah yang dari penyair-penyair ternama:


1. Pahlawan Kesuksesanku - Ardiyani Muninggar

Fajar telah menyapa pagiku
Kau jadikan hari mu, hari untuk pengorbanan
Pengorbanan mencari rezki, pengorbanan untuk mencari awal yang baru
Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti kesuksesan
Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..
Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri di tengah-tengah impianku..
Impian untuk meraih keberhasilan
Impian untuk mencapai kemenangan…


2. Akulah si Telaga - Sapardi Djoko Damono

Akulah si telaga: belayarkan di atasnya;
Berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
Sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja—
Perahumu biar aku yang menjaganya


3. Mata Hitam - WS Rendra

Dua mata hitam adalah mata hati yang biru
Dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
Dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
Kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
Secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam


4. Setiap Ayah - Alex R. Nainggolan

Di tubuh setiap ayah
Akan ada jalan pulang
Rumah yang bagai selimut
Dari kepala yang kusut
Telah ku gali-gali
Tangis yang kecut
Dan terduduk di sudut
Segala sesal yang sampai sekarang
Hanya tertunduk
Maka aku ingat ayah
Setiap percakapan
Yang abai kutafsirkan
Lalu ayah mengerubung
Si setiap hari
Bahkan bertahun setelah dirinya pergi
Di setiap mata ayah
Selalu ada kegembiraan
Meski hanya sebentar
Bertemu
Atau percakapan yang biasa saja
Dengan anaknya


5. Di Kuburan Ayah - Slamet Sukirnanto

Berteduh pohon kamboja berkembang
Tinggalmu yang kekal
Tak kenal lagi senyummu
Memikat hatiku
Ketika masih kanak
Bukan segunduk tanah
Kupuja. Kerna diharamkan agama
Adalah hidupmu
Mengenang di kalbu!

Baca Juga: Deretan Puisi Tentang Guru yang Singkat namun Menyentuh


6. Kepada Bapak - Gunoto Saparie

Ada peci putihmu tergantung di kapstok
Bertahun-tahun di sana sejak kau pergi
Namun jarum-jarum jam dinding berhenti
Dan kalender di tembok pun mendadak rontok
Ada potretmu mengabur di dekat pintu
Ada senyum tipis membayang harapan
Betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu
Selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan
Tentang negara, agama, dan pengabdian
Kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan
Kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:
Ada sandalmu teronggok di ujung ranjang
Ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning
Berjajar di rak, terserak di meja lantai
Ada yang tertinggal di hati Allah, kasihmu abadi


7. Ayah - Syamsu Indra Usman

Ayah
Berilah aku sekendi air dingin
Bila datang kemarau panjang
Dalam aku menggapai cita-cita
Yang kau ikat pada tonggak
Kekerasanmu

Ayah
Berilah aku jalan untuk memilih
Jalan kebebasan untuk mendaki
Tangga yang selama ini kau belenggu
Kau tau dalam diriku mengalir darah seni
Yang haus keindahan memilih jalanku sendiri


8. Untukmu Ayahku - Dina Sekar Ayu

Di keheningan malam
Datang secercah harapan
Untuk menyambut jiwamu datang
Sebercik harapan agar kau kembali pulang
Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan
Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air mata
Tapi apalah daya
Semua harapan hilang sirna
Karena kau telah tiada
Ayahku tercinta


9. Ayah Terhebat - Dinda Nursifa

Beruntungnya aku memiliki ayah sepertimu
Semua yang engkau lakukan memberikan contoh yang baik
Selalu sabar dan penyayang pada keluarganya
Berdiri paling depan untuk kebenaran
Engkau adalah ayah terhebat…
Rasanya tak pernah kau tunjukan wajah sedih
Senyum dan tawamu selalu terlihat dari bibirmu
Engkau selalu menebar kebaikan pada semua orang
Semangatmu pun tak pernah padam
Aku sayang sekali, wajah ayahku.


10. Orang Kecil Orang Besar - KH A Mustofa Bisri

Suatu hari yang cerah
Di dalam rumah yang gerah
Seorang anak yang lugu
Sedang diwejang ayah-ibunya yang lugu
Ayahnya berkata:
“Anakku,
Kau sudah pernah menjadi anak kecil
Janganlah kau nanti menjadi orang kecil!”


“Orang kecil kecil peranannya
Kecil perolehannya,” tambah si ibu


“Ya,” lanjut ayahnya
“Orang kecil sangat kecil bagiannya
Anak kecil masih mendingan
Rengeknya didengarkan
Suaranya diperhitungkan
Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan
Suaranya tak suara.”


Sang ibu ikut wanti-wanti:
“Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil
Orang kecil jika jujur ditipu
Jika menipu dijur
Jika bekerja digangguin
Jika mengganggu dikerjain.”


Ayah dan ibu berganti-ganti menasehati:
“Ingat, jangan sampai jadi orang kecil
Orang kecil jika ikhlas diperas
Jika diam ditikam
Jika protes dikentes
Jika usil dibedil.”


“Orang kecil jika hidup dipersoalkan
Jika mati tak dipersoalkan.”


“Lebih baik jadilah orang besar
Bagiannya selalu besar.”


“Orang besar jujur-tak jujur makmur
Benar-tak benar dibenarkan
Lalim-tak lalim dibiarkan.”


“Orang besar boleh bicara semaunya
Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.”


“Orang kecil jujur dibilang tolol
Orang besar tolol dibilang jujur
Orang kecil berani dikata kurangajar
Orang besar kurangajar dikata berani.”


“Orang kecil mempertahankan hak
disebut pembikin onar
Orang besar merampas hak
disebut pendekar.”


Si anak terus diam tak berkata-kata
Namun dalam dirinya bertanya-tanya:
“Anak kecil bisa menjadi besar
Tapi mungkinkah orang kecil
Menjadi orang besar?”
Besoknya entah sampai kapan
si anak terus mencoret-coret
dinding kalbunya sendiri:
“O r a n g k e c i l ? ? ?
O r a n g b e s a r ! ! !”

Baca Juga: Daftar Puisi tentang Pahlawan Karangan Penyair Terkenal Indonesia


Itu dia Sobat-Cgkata kumpulan puisi tentang ayah dari penyair ternama yang bisa kamu baca dan menyampaikan ucapan untuk berterima kasih ayah.


Untuk kamu yang ingin menulis puisi, kamu bisa menemukan referensi tulisan sastra dan karya tulis singkat terbaik dan terbaru di Cgkata.blogspot.com! Jangan lewatkan juga contoh pepatah, syair, maupun kata bijak lainnya. dan tentunya dengan terus kunjungi blog ini untuk temukan Ensiklopedia yang terupdate!


Penulis: Nana

Post a Comment for "10 Puisi tentang Ayah dari Penyair Ternama, Penuh Makna!"