Setiap kaum memiliki Hari Raya. Hari raya umat Islam adalah Idul Fitri dan Idul Adha atau kadang dikatakan sebagai lebaran. Lebaran atau hari raya Idul Fitri merupakan hari besar yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia, karena dihari itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan. Di Indonesia lebaran sudah merupakan suatu kebiasaan atau adat, dimana masyarakatnya sibuk menyiapkan semuanya, seperti mulai dari kartu ucapan selamat, makanan-makanan hari raya misalnya, ketupat, opor ayam, kue-kue kecil dan lain –lain. temukan informasi tentang Idul fitri dari sejarah, tujuan dan cara merayakan hari raya lebaran hanya di cgkata.blogspot.com
"Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno,’’ tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha."
Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar, ‘’Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).
Jika merujuk pada hadis yang ditulis cgkata.blogspot.com di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif. Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
"Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah SAW?" cetus Abu Bakar.
"Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita," sabda Rasulullah SAW.
Hari Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam, selepas Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijiriyah. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar pada Bilal RA dan menyampaikan khutbahnya.
Menurut Hafizh Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah SAW pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Id di atas lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka Hal inilah yang akan menjadi awal dari sejarah hari raya Idul Fitri.
Di Indonesia hari raya lebaran Idul Fitri sudah menjadi kebiasaan dan sudah menjadi adat istiadat, dimana setiap muslim biasanya merayakan dengan sangat antusias, di hari lebaran banyak hal-hal yang jarang di lihat di hari-hari biasa.
Biasanya seminggu sebelum lebaran ruas-ruas jalan di seluruh Indonesia terjebak macet karena dalam Idul Fitri kita akan mengenal budaya mudik atau pulang kampung yang biasanya mudik orang-orang yang bekerja di luar kota.
Di hari Idul Fitri kita juga akan melihat beberapa makanan-makanan khas lebaran misalnya; ketupat, lontong sayur, opor ayam, dll. Bakhan setiap daerah memiliki makanan-makanan khas daerahnya sendiri.
Dari segi sosial Idul Fitri merupakan hari yang menyatukan setiap orang berbagai kelas sosial, biasanya merka tidak mengenal siapa mereka, mereka tetap saling memaafkan satu sama lainnya, sehingga lingkungan menjadi rukun, aman, dan damai. Tapi ada juga yang kadang yang tak memanfaatkan moment Idul Fitri ini dengan sebaik-baiknya, bisanya mereka mengandalkan imej dan ego mereka sendiri. Sehingga tetap tidak rukun yang sesanya bahkan keluarga mereka sendiri.
Di bulan Ramadhan dan di hari Idul Fitri lebaran bisanya anak-anak suka bermain petasan dan kembang api, di pasar-pasar / warung banyak sekali orang berjualan petasan dan kembang api. Padahal petasan di larang oleh pemerintah Indonesia karena dapat membahayakan keselamatan tapi mungkin karena sudah tradisi, tetap saja banyak orang yang menjual petasan sembunyi-sembunyi, bahkan ada yang secara terang-terangan.
Selain hal tersebut di atas, yang sudah menjadi budaya di hari lebaran adalah memakai baju baru, bisanya anak-anak, tetapi orang dewasa pun tidak mau kalah dengan anak-anak, bisanya orang tua selalu memberikan baju lebaran untuk anak-anak mereka. cgkata.blogspot.com katanya sih lebaran tidak meriah tanpa baju lebaran. Budaya ini seakan-akan tidak bisa lepas dari masyarakat Indonesia bisa dilihat banyak pusat-pusat pembelanjaan di kunjungi pembeli.
Budaya lainnya yang kita sering jumpai adalah tradisi salam tempel, biasanya anak-anak mengharapkan dari orang tua, saudara-saudaranya yang biasanya sudah bekerja atau biasanya anak yang sudah bekerja memberikan kepada orang tuanya.
Selain itu juga biasanya stasiun-stasiun televisi selalu menayangkan acara-acara yang berhubungan dengan bulan Ramadhan dan lebaran termasuk cgkata kata mutiara. Hal ini sangatlah baik supaya lebaran tetap pada hakikatnya yaitu hari kemenangan bagi muslim di Indonesia, bahkan di seluruh Indonesia.
Satu hal lagi yang sudah menjadi budaya di hari lebaran yaitu yang berziarah ke kuburan keluarga kita, banyak sekali masyarakat yang datang untuk mendo’akan arwah-arwah kaluarganya, bahkan sekarang di Jakarta khusunya banyak sekali jasa-jasa yang mau mendo’akan atau memimpin do’a, biasanya orang-orang itu dari luar kota yang mengais rejeki yang mendo’akan orang yang meninggal. Hal inilah yang akan menjadi tradisi umum atau bagaimana cara masyarakat Indonesia merayakan hari raya lebaran untuk Idul Fitri.
Daftar Isi:
SEJARAH MERAYAKAN HARI RAYA IDUL FITRI
Jauh sebelum ajaran Islam turun, masyarakat Jahiliyah Arab ternyata sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan."Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno,’’ tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha."
Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar, ‘’Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).
Jika merujuk pada hadis yang ditulis cgkata.blogspot.com di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif. Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
"Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah SAW?" cetus Abu Bakar.
"Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita," sabda Rasulullah SAW.
Hari Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam, selepas Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijiriyah. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar pada Bilal RA dan menyampaikan khutbahnya.
Menurut Hafizh Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah SAW pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Id di atas lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka Hal inilah yang akan menjadi awal dari sejarah hari raya Idul Fitri.
TUJUAN MERAYAKAN HARI RAYA IDUL FITRI
Tujuan dari Idul Fitri adalah untuk merayakan hari kemenangan setelah sebulan lamanya berjuang melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan. Adapun tujuan-tujuan lainnya adalah:- Untuk mempererat tali silaturahmi serta persatuan antar umat muslim;
- Untuk memahami hakikat kembali kepada fitrah sesungguhnya sama kembali kepada jati diri sendiri, yaitu suasana jiwa yang suci yang menjelma dalam pemeliharaan kembali ke tauhid (ideologi), kembali kepada ketundukan dan penghambaan (pengabdian), serta pemeliharaan kesucian diri sebagai hamba Tuhan yang Maha Pengasih.
- untuk menjadikan momentum Ramadhan yang telah berlalu sebagai proses pembersihan diri dan kesadaran akan urgensi kembali kepada fitrah manusia.
- Untuk mengokohkan tauhid, yang dengannya akan senantiasa terjaga fitrah kehambaan (hanif) yang lurus, kita akan dijauhkan dari sikap menghinakan diri kepada makhluk.
- Perayaan berakhirnya ibadah puasa bulan Ramadan
CARA MASYARAKAT MERAYAKAN HARI RAYA IDUL FITRI PADA BUDAYA DI MASYARAKAT INDONESIA
Di Indonesia hari raya lebaran Idul Fitri sudah menjadi kebiasaan dan sudah menjadi adat istiadat, dimana setiap muslim biasanya merayakan dengan sangat antusias, di hari lebaran banyak hal-hal yang jarang di lihat di hari-hari biasa.
Biasanya seminggu sebelum lebaran ruas-ruas jalan di seluruh Indonesia terjebak macet karena dalam Idul Fitri kita akan mengenal budaya mudik atau pulang kampung yang biasanya mudik orang-orang yang bekerja di luar kota.
Di hari Idul Fitri kita juga akan melihat beberapa makanan-makanan khas lebaran misalnya; ketupat, lontong sayur, opor ayam, dll. Bakhan setiap daerah memiliki makanan-makanan khas daerahnya sendiri.
Dari segi sosial Idul Fitri merupakan hari yang menyatukan setiap orang berbagai kelas sosial, biasanya merka tidak mengenal siapa mereka, mereka tetap saling memaafkan satu sama lainnya, sehingga lingkungan menjadi rukun, aman, dan damai. Tapi ada juga yang kadang yang tak memanfaatkan moment Idul Fitri ini dengan sebaik-baiknya, bisanya mereka mengandalkan imej dan ego mereka sendiri. Sehingga tetap tidak rukun yang sesanya bahkan keluarga mereka sendiri.
Di bulan Ramadhan dan di hari Idul Fitri lebaran bisanya anak-anak suka bermain petasan dan kembang api, di pasar-pasar / warung banyak sekali orang berjualan petasan dan kembang api. Padahal petasan di larang oleh pemerintah Indonesia karena dapat membahayakan keselamatan tapi mungkin karena sudah tradisi, tetap saja banyak orang yang menjual petasan sembunyi-sembunyi, bahkan ada yang secara terang-terangan.
Selain hal tersebut di atas, yang sudah menjadi budaya di hari lebaran adalah memakai baju baru, bisanya anak-anak, tetapi orang dewasa pun tidak mau kalah dengan anak-anak, bisanya orang tua selalu memberikan baju lebaran untuk anak-anak mereka. cgkata.blogspot.com katanya sih lebaran tidak meriah tanpa baju lebaran. Budaya ini seakan-akan tidak bisa lepas dari masyarakat Indonesia bisa dilihat banyak pusat-pusat pembelanjaan di kunjungi pembeli.
Budaya lainnya yang kita sering jumpai adalah tradisi salam tempel, biasanya anak-anak mengharapkan dari orang tua, saudara-saudaranya yang biasanya sudah bekerja atau biasanya anak yang sudah bekerja memberikan kepada orang tuanya.
Selain itu juga biasanya stasiun-stasiun televisi selalu menayangkan acara-acara yang berhubungan dengan bulan Ramadhan dan lebaran termasuk cgkata kata mutiara. Hal ini sangatlah baik supaya lebaran tetap pada hakikatnya yaitu hari kemenangan bagi muslim di Indonesia, bahkan di seluruh Indonesia.
Baca:
Satu hal lagi yang sudah menjadi budaya di hari lebaran yaitu yang berziarah ke kuburan keluarga kita, banyak sekali masyarakat yang datang untuk mendo’akan arwah-arwah kaluarganya, bahkan sekarang di Jakarta khusunya banyak sekali jasa-jasa yang mau mendo’akan atau memimpin do’a, biasanya orang-orang itu dari luar kota yang mengais rejeki yang mendo’akan orang yang meninggal. Hal inilah yang akan menjadi tradisi umum atau bagaimana cara masyarakat Indonesia merayakan hari raya lebaran untuk Idul Fitri.
Post a Comment for "SEJARAH, TUJUAN DAN CARA MERAYAKAN HARI RAYA IDUL FITRI"